PURWOKERTO — Semangat membangun citra daerah dan organisasi di tengah perubahan sosial, politik, dan ekonomi mengemuka dalam Diskusi Buku bertajuk “Transformasi dan Ruwat Citra Korporasi, Organisasi Nirlaba”, karya Sigit Pramono, yang digelar di Aula Rachmat Efendi, Telkom University Purwokerto, Rabu (22/10/2025).
Diskusi yang berlangsung hangat ini menghadirkan sejumlah pemateri lintas bidang: Andy F. Noya, jurnalis senior dan pendiri BenihBaik.com; Romi Angger H, creativepreneur dan brand activist; Dr. Catur N, S.Sos., M.I.Kom, Wakil Direktur Riset & Akademik Telkom University Kampus Purwokerto; serta Sigit Pramono, sang penulis yang juga dikenal sebagai bankir senior dan pegiat seni budaya. Acara dipandu oleh Arsita Pinandita, S.Sn., M.Sn., dosen Desain Komunikasi Visual Telkom University Purwokerto.
Andy F. Noya: Banyumas Perlu “Brand” yang Tuntas
Dalam paparannya, Andy F. Noya menyoroti pentingnya transformasi dan branding yang berpijak pada kreativitas anak muda. Ia mendorong generasi muda daerah agar tak merasa inferior untuk berinovasi dan mengangkat identitas lokal ke level nasional.
“Transformasi dan branding bisa dilakukan siapa saja, termasuk anak muda di daerah. Ilmu ada di mana-mana, tinggal bagaimana kita mengolahnya,” ujar Andy.
Andy mencontohkan keberhasilan Banyuwangi yang mampu menampilkan citra daerah lewat kekuatan desain dan seni lokal. Namun, ia menilai Banyumas belum memiliki narasi identitas yang kuat.
“Banyumas butuh brand yang solid. Mengapa maskotnya Bawor, bukan Bima atau Werkudara? Padahal Banyumas dikenal satria. Ini perlu pembacaan ulang terhadap simbol dan karakter lokal,” jelasnya.
Menurutnya, bahasa Ngapak atau Panginyongan pun seharusnya menjadi kebanggaan, karena merepresentasikan kejujuran dan keterbukaan—dua nilai penting dalam membangun brand authority.
Romi Angger: Heart Selling Lebih Bernilai dari Sekadar Promosi
Sementara itu, Romi Angger berbagi pengalaman membangun Paragraf Coffee, bisnis kopi yang tumbuh dari nilai ketulusan dan kejujuran. Ia menyebut pendekatan heart selling lebih efektif dibanding sekadar strategi pemasaran konvensional.
“Nilai otentik justru datang dari kejujuran dan ketulusan. Konsumen hari ini mencari makna, bukan hanya produk,” tutur Romi.
Dengan mengusung konsep morning coffee dan sore santai dengan teh, Romi berhasil mengembangkan beberapa cabang Paragraf Coffee. Baginya, keberhasilan sebuah brand ditentukan oleh nilai dan emosi yang ia bangun dengan publiknya.
Dr. Catur: Telkom University dan Ruwat Citra Pendidikan
Dari sisi akademik, Dr. Catur N, S.Sos., M.I.Kom. menuturkan perjalanan panjang Telkom University dalam melakukan ruwat citra kelembagaan. Transformasi besar, katanya, terjadi saat empat institusi pendidikan di bawah Telkom disatukan menjadi satu entitas pada 2013.
“Transformasi dari STT Telkom, IT Telkom, IM Telkom, hingga kini menjadi Telkom University adalah proses ruwat citra yang luar biasa,” ungkapnya.
Kini, Telkom University telah menjadi kampus swasta terbaik di Indonesia dengan empat kampus besar di Bandung, Purwokerto, Surabaya, dan Jakarta.
“Kami terus bertransformasi menuju kampus berbasis AI dengan tagline Creating the Future. Buku karya Pak Sigit ini sangat relevan dengan semangat perubahan itu,” tambahnya.
Sebagai penulis buku, Sigit Pramono menegaskan bahwa ruwat citra bukan sekadar upaya membangun reputasi, tetapi juga gerakan kultural untuk menata ulang nilai dan makna di tengah turbulensi sosial, politik, dan ekonomi.
“Transformasi tanpa ruwat adalah proses tanpa jiwa. Kita tidak hanya mengubah tampilan, tetapi juga membersihkan makna di baliknya,” kata Sigit.
Ia berharap buku tersebut dapat menjadi refleksi bagi lembaga, korporasi, maupun individu agar tidak kehilangan akar budaya dalam proses modernisasi dan branding.
Diskusi yang berlangsung selama tiga jam ini menjadi ruang inspiratif bagi akademisi, pebisnis muda, dan mahasiswa untuk memahami bahwa branding sejati berawal dari kejujuran dan transformasi nilai.
Sebagaimana ditegaskan Andy F. Noya, “Brand yang kuat bukan yang paling kaya, tapi yang paling jujur dan relevan dengan hati publiknya.”








