BANYUMAS, suarabanyumas.co.id – Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya HIV/AIDS terus digencarkan di Kabupaten Banyumas. Anggota DPRD Banyumas Fraksi PDI Perjuangan, dr. Hendry Cristianto, berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menggelar kegiatan Sosialisasi dan Edukasi HIV/AIDS di Rumah Makan Pringsewu Baturraden, Jumat (17/10/2025).
Kegiatan ini diikuti sekitar 70 peserta dari berbagai unsur masyarakat, termasuk kader kesehatan, tokoh desa, dan relawan. Tujuannya untuk memperkuat pemahaman publik mengenai HIV/AIDS, baik dari sisi pencegahan maupun penanganan berbasis komunitas.
dr. Hendry Cristianto menegaskan pentingnya kegiatan semacam ini agar masyarakat tidak hanya memahami bahaya HIV/AIDS, tetapi juga mampu membangun kepedulian dan solidaritas sosial. Sosialisasi ini bukan sekadar penyuluhan, tetapi juga silaturahmi yang menghidupkan kesadaran bersama agar masyarakat lebih waspada dan saling peduli.
“Pemerintah memang memiliki program, tetapi tanpa peran aktif masyarakat dan komunitas, hasilnya tidak akan maksimal. Kesadaran kolektif adalah kunci,” tegasnya.
Hendry menambahkan bahwa Baturraden memiliki sejarah panjang dalam gerakan penanggulangan HIV/AIDS. “Dulu memang ada lokalisasi, tapi justru dari situ lahir banyak relawan yang kini menjadi pelopor edukasi dan pendampingan. Mereka adalah contoh bahwa kesadaran bisa tumbuh dari pengalaman,” jelasnya.
Kegiatan sosialisasi ini ditutup dengan ajakan bersama agar warga lebih terbuka terhadap informasi kesehatan dan berani melakukan pemeriksaan dini. “Kita ingin Baturraden menjadi contoh bahwa pengetahuan dan kepedulian bisa menjadi benteng paling kuat melawan HIV/AIDS,” pungkas dr. Hendry.
Hadir pula Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, dr. Dani Esti Novia, yang memberikan paparan tentang perkembangan kasus HIV/AIDS di wilayah Banyumas. Ia menyebut pentingnya peran masyarakat dalam upaya pencegahan dan deteksi dini. “Kita tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan lintas sektor, terutama dari masyarakat Baturraden yang sudah lama aktif melalui relawan kesehatan, menjadi kekuatan luar biasa,” ujarnya.
Menurut dr. Dani, edukasi publik seperti ini menjadi langkah penting dalam menekan angka penularan sekaligus menghapus stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). “Stigma adalah penyakit kedua yang sering kali lebih menyakitkan. Karena itu, edukasi harus jalan bersama empati,” tambahnya.








