PURWOKERTO– SMK SPM Nasional Pelayaran Purwokerto dikenal sebagai sekolah berdisiplin tinggi dengan sistem pendidikan semi militer. Para taruna-taruninya dituntut memiliki fisik prima melalui berbagai kegiatan olahraga rutin seperti push-up, sit-up, dan berjalan kaki yang dilakukan hampir setiap hari. Namun, berbeda dari biasanya, pada kegiatan kali ini para taruna tidak hanya diajak berolah raga, tetapi juga berolah rasa.
Sebanyak 250 taruna berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 kilometer dari asrama menuju Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto untuk menyaksikan pertunjukan teater Samudra berjudul “Kembang Mangsan Peralihan” karya sastrawan Jarot C. Setyoko, dengan sutradara Fajar Sukron Said, atau yang akrab disapa Bangbeng.
Kegiatan ini menjadi pengalaman baru bagi para taruna, sekaligus upaya sekolah untuk menyeimbangkan antara pembentukan fisik dan penguatan mental serta emosional. Kepala Sekolah SMK SPM Nasional Pelayaran, Ninik Setyani, S.Sos., M.Si, menyampaikan bahwa kegiatan menonton teater ini merupakan bentuk olah rasa yang penting bagi perkembangan karakter taruna.
“Kegiatan menyaksikan pertunjukan teater di Gedung Kesenian Soetedja adalah pengalaman baru bagi taruna/i. Tentunya ini menjadi pengalaman berharga dan semoga bisa menjadi bagian dari olah rasa mereka agar tidak penat menjalani rutinitas harian,” ujar Ninik Setyani.
Antusiasme juga datang dari para taruna. Salah satu taruna, Putra, mengungkapkan rasa senangnya setelah menonton pertunjukan tersebut.
“Kami sangat senang melihat pertunjukan Teater Samudra. Sangat keren sekali! Ini pertama kalinya kami menyaksikan pertunjukan teater, dan ternyata lebih menarik dari drama Korea,” ujarnya penuh semangat.
Guru pendamping Aditya Setiawan, S.Pd., M.Pd., turut memberikan apresiasi terhadap kualitas pementasan.
“Semua pemeran sangat mendalami karakternya masing-masing, terutama pemeran menir Belanda yang dengan fasih menggunakan logat bahasa Belanda,” tuturnya.
Pihak sekolah berencana menjadikan kegiatan menonton pertunjukan teater ini sebagai agenda rutin, agar para taruna tidak hanya ditempa secara fisik melalui kegiatan semi militer, tetapi juga diasah rasa dan empatinya melalui seni dan budaya.







