BANYUMAS — Di balik jeruji besi, harapan tumbuh subur. Deretan perempuan yang tengah menjalani masa pidana di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Banyumas menunjukkan semangat luar biasa dalam mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembuatan Obat Tradisional Ramuan Indonesia, Senin (2/6).
Kegiatan yang diselenggarakan secara virtual oleh Direktorat Perawatan Kesehatan dan Rehabilitasi, melalui Subdirektorat Pemenuhan Kebutuhan Dasar dan Kesehatan Lingkungan, ini menjadi bukti bahwa pembinaan di dalam rutan tak hanya soal disiplin dan tata tertib, tetapi juga soal harapan dan masa depan.
Belajar Meracik, Menata Harapan Baru
Bertempat di Blok Wanita Rutan Kelas IIB Banyumas, para peserta yang terdiri dari warga binaan dan petugas perempuan mengikuti pelatihan dengan antusias. Kegiatan ini tidak sekadar menambah wawasan, tetapi juga membekali peserta dengan keterampilan praktis dalam membuat jamu tradisional, warisan budaya Indonesia yang kini semakin diminati sebagai alternatif kesehatan dan peluang usaha.
Materi pelatihan disampaikan oleh dr. Rianti Maharani dari Yayasan Bina Warga Indonesia, yang mengupas berbagai aspek mulai dari manfaat jamu bagi kesehatan tubuh, jenis-jenis tanaman herbal, hingga teknik meracik yang higienis dan sesuai standar keamanan.
“Pengenalan kembali terhadap khasiat obat tradisional menjadi salah satu upaya membangun kemandirian dan memperkuat kearifan lokal. Kami berharap, keterampilan ini bisa menjadi bekal hidup baru bagi para warga binaan,” ujar dr. Rianti dalam sesi pelatihan yang berlangsung interaktif.
Tak hanya menerima materi, para peserta juga dipersiapkan untuk mengikuti perlombaan meracik jamu tradisional sebagai tindak lanjut dari pelatihan, yang bertujuan menumbuhkan semangat berkompetisi sehat dan kreativitas.
Dari Belajar ke Peluang Nyata
Salah satu warga binaan, N, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pelatihan tersebut.
“Saya baru tahu ternyata bikin jamu itu menyenangkan. Dulu saya pikir ribet, tapi ternyata kalau tahu caranya malah bisa jadi usaha sendiri. Setelah bebas, saya ingin coba jualan jamu,” ucapnya dengan mata berbinar.
Kepala Rutan Kelas IIB Banyumas, Anggi Febiakto, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan berbasis keterampilan dan pemberdayaan.
“Kami ingin membuktikan bahwa setiap individu, meskipun sedang menjalani masa pidana, tetap punya hak untuk belajar dan memperbaiki diri. Pelatihan ini adalah langkah nyata agar mereka tidak hanya siap kembali ke masyarakat, tapi juga punya potensi untuk mandiri dan bermanfaat,” ujarnya.
Lebih dari Sekadar Pelatihan
Pelatihan pembuatan obat tradisional ini menjadi simbol dari harapan baru yang lahir di tengah keterbatasan. Dengan keterampilan yang relevan dan bernilai ekonomi, warga binaan perempuan tidak hanya dibekali ilmu, tetapi juga kepercayaan diri untuk bangkit.
Kegiatan ini menandai bahwa pemasyarakatan bukan akhir, melainkan jembatan menuju kehidupan yang lebih baik. Diharapkan, melalui program-program semacam ini, stigma terhadap mantan warga binaan dapat perlahan luntur, digantikan oleh narasi tentang kesempatan kedua, semangat baru, dan kontribusi nyata bagi masyarakat.