PURWOKERTO – Kisah legendaris dari trilogi Dukuh Paruk karya maestro sastra Ahmad Tohari akan kembali menggetarkan hati publik lewat pertunjukan dramatari bertajuk “Srintil: The Romance of Dukuh Paruk”, Minggu malam, 22 Juni 2025, pukul 20.00 WIB di Stadion Gelora Satria Purwokerto.
Pementasan ini merupakan adaptasi bagian pertama dari novel Catatan Buat Emak, yang diramu dengan pendekatan dramatari oleh Jarot C. Setyoko, dan disutradarai oleh seniman muda Muhamad ‘Bungsu’ Ridwan. Kehidupan Srintil, penari ronggeng yang mengguncang budaya Dukuh Paruk, diangkat kembali dalam balutan artistik yang memadukan tari, musik, dan seni pertunjukan kontemporer.
“Ini bukan hanya pementasan seni, tapi upaya menjaga denyut nadi kebudayaan Banyumas yang pernah ditulis dengan sangat puitis oleh Ahmad Tohari,” ujar Jarot C. Setyoko, yang juga tampil sebagai jurukandhah dalam pementasan ini.
Penata tari yang terlibat antara lain Resi Aji, Sule Sulaiman, Resti Ervina, dan Sofi Cipta, sementara Lian Kristianto menata komposisi musik gamelan orkestra yang digarap oleh Yayasan Lengger Bicara. Dwi Puspitasari bertindak sebagai pimpinan produksi.
Tokoh Srintil diperankan oleh Prajna Keyla dan versi kecilnya oleh Anindita, sedangkan Rasus diperankan oleh Dewa, dengan Prabu sebagai Rasus kecil. Karakter-karakter kuat lain seperti Ki Sakarya, Ki Kartareja, hingga Dower dan Sulam dibawakan oleh jajaran penari utama dan didukung oleh gabungan sanggar tari se-Banyumas Raya.
Nuansa tradisional akan semakin terasa dengan kehadiran jurutembang seperti Sapto Jatmiko, Eni Sinden, Assalova, Violis, dan Bryan, yang menghidupkan adegan-adegan penting lewat tembang khas Banyumasan.
“Srintil adalah potret perempuan dalam pusaran budaya dan identitas. Kita ingin menghadirkan tafsir visual dan emosional atas pergulatan batinnya,” ungkap Muhamad ‘Bungsu’ Ridwan, sang sutradara.
Dengan penggarapan yang melibatkan puluhan seniman lintas generasi dari Banyumas Raya, Srintil: The Romance of Dukuh Paruk diharapkan bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga perayaan estetik yang menyentuh hati dan menghidupkan kembali pesan moral karya sastra besar Indonesia.
Tiket pertunjukan tersedia untuk umum, dan panitia mengimbau masyarakat untuk hadir tepat waktu agar tak melewatkan pengalaman budaya yang langka ini.