Baturraden, suarabanyumas.co.id – Sekitar 40 mahasiswa asal Kaimana, Papua Barat, yang tengah menempuh studi di sejumlah perguruan tinggi di Jawa Tengah, mengikuti Kainama Entrepreneur Forum yang digelar pada 10–12 Juli 2025 di Hotel Pondok Slamet, Baturraden, Kabupaten Banyumas. Forum ini sebagai upaya menanamkan semangat kemandirian ekonomi dan pemikiran strategis di kalangan mahasiswa perantauan.
Kegiatan ini bertujuan membekali mahasiswa agar tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki daya saing dalam dunia wirausaha. Para peserta difasilitasi untuk memahami pentingnya kemampuan membaca peluang (opportunity seeing), menggagas ide bisnis, hingga mengolah potensi diri yang berdampak bagi masyarakat Kaimana di masa depan.
Ketua Program Kewirausahaan Kaminawa, Mahsyar Sawdjir, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, melainkan proses membentuk karakter mahasiswa agar berpikir produktif dan mandiri. “Kita ingin mereka memiliki added value, bukan sekadar IPK tinggi, tapi juga kemampuan menciptakan solusi ekonomi nyata. Tidak harus jadi ASN, tapi bisa jadi pionir usaha dari timur,” ujarnya.
Forum ini menghadirkan sejumlah narasumber inspiratif dari berbagai latar belakang. Di antaranya adalah Syech Muhammad Bima dan Rujito, M.Sos, yang membimbing sesi brainstorming terkait pengembangan diri dan pentingnya positioning intelektual muda Papua dalam peta pembangunan nasional. Tak kalah menarik, hadir pula H. Munir Al Imam Zakrasyi, pemilik KMK Farm, serta Djawas Bowo, Presiden Hydroponik Banyumas, yang berbagi pengalaman membangun usaha dari nol hingga berdampak luas.
Ketua MUI Kaimana, KH. Zein Farisaa, menyebut forum tersebut sebagai ikhtiar luhur dalam menyiapkan generasi Muslim Papua yang tangguh. “Mahasiswa harus menjadi bagian dari perubahan sosial dan ekonomi. Jangan hanya jadi penonton. Ini adalah awal agar anak-anak Kaimana kelak menjadi pelopor usaha yang bermanfaat dan bernilai ibadah,” ujarnya.
Senada dengan itu, Sekretaris MUI Kaimana, Safar Furuada, menilai bahwa pendekatan ekonomi berbasis wirausaha perlu terus dikembangkan di kalangan pemuda Muslim. “Tradisi berpikir mandiri dalam ekonomi adalah bagian dari jihad modern. Ini bekal penting agar mereka tidak hanya bertahan, tapi memberi warna,” tegasnya.
Selama tiga hari, peserta mengikuti rangkaian sesi motivasi, diskusi kelompok, serta simulasi bisnis sederhana. Mereka juga diberi tantangan menyusun proposal usaha berbasis potensi lokal Kaimana, mulai dari sektor pertanian, kerajinan tangan, hingga literasi digital. Suasana kegiatan berlangsung dinamis, disertai semangat kolaboratif yang kuat antarmahasiswa.