Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Berita Terbaru Purwokerto dan Banyumas Raya
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Berita Terbaru Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya

Perjalanan Panjang Imlek di Tanah Air: Dari Diskriminasi ke Pengakuan Nasional

Kisah Perjuangan, Pelarangan, dan Kebangkitan Budaya

Selasa, 28 Januari 2025
Topik Nasional
A A
Sejarah imlek di indonesia

Imlek atau Tahun Baru Cina bukan sekadar perayaan tahun baru bagi masyarakat Tionghoa, melainkan juga simbol keberagaman budaya Indonesia yang kaya. Di Indonesia, perayaan ini memiliki sejarah panjang yang penuh dinamika, mulai dari masa kolonial hingga era modern. Yuk, telusuri perjalanan Imlek di Indonesia dan bagaimana ia menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa!


Awal Mula: Kedatangan Etnis Tionghoa ke Nusantara

Sejarah Imlek di Indonesia tak lepas dari migrasi besar-besaran etnis Tionghoa ke Nusantara sejak abad ke-15 hingga ke-19. Mereka datang sebagai pedagang, pekerja, atau pelaut, membawa serta tradisi, kepercayaan, dan budaya leluhur. Perayaan Imlek, yang awalnya dirayakan secara tertutup di lingkungan keluarga atau klan, mulai dikenal di berbagai wilayah seperti Batavia (Jakarta), Semarang, dan Surabaya.

Pada masa kolonial Belanda, etnis Tionghoa ditempatkan sebagai “kelas menengah” antara Eropa dan pribumi. Meski demikian, mereka tetap mempertahankan tradisi Imlek dengan menggelar sembahyang di klenteng, membagikan angpao, dan menyajikan hidangan khas seperti kue keranjang (nian gao) dan jeruk sebagai simbol kemakmuran.

BacaJuga

HUT ke-26 PNM: Rayakan dengan Kurban di 26 Lokasi, Sebarkan Empati dan Manfaat di Hari Raya Idul Adha

DPD AGPAII Banyumas 2025–2030 Resmi Dilantik, Siap Perkuat Pendidikan Agama yang Moderat dan Profesional


Masa Orde Baru: Imlek Dilarang Dirayakan secara Terbuka

Situasi berubah drastis pada era Orde Baru (1966–1998). Pemerintah saat itu mengeluarkan Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967 yang melarang segala bentuk ekspresi budaya Tionghoa, termasuk perayaan Imlek di ruang publik. Klenteng ditutup, barongsai dilarang, dan penggunaan bahasa Mandarin dibatasi. Imlek hanya boleh dirayakan secara privat di rumah atau lingkungan terbatas.

Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya asimilasi yang memaksa etnis Tionghoa melebur ke dalam budaya “Indonesia”. Banyak generasi muda Tionghoa saat itu bahkan tak mengenal Imlek secara utuh karena minimnya akses terhadap tradisi leluhur.


Era Reformasi: Kebangkitan Kembali Imlek

Setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada 1998, angin kebebasan mulai berhembus. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres No.14/1967 melalui Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2000, yang mengizinkan kembali perayaan budaya Tionghoa, termasuk Imlek. Langkah ini menjadi titik balik sejarah bagi masyarakat Tionghoa Indonesia.

Pada 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional, mengakui hak masyarakat Tionghoa untuk merayakan tradisinya. Sejak itu, Imlek di Indonesia tak hanya dirayakan oleh etnis Tionghoa, tetapi juga menjadi bagian dari keragaman budaya nasional.


Imlek di Indonesia Kini: Perpaduan Budaya yang Unik

Imlek di Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda dari negara lain karena berpadu dengan budaya lokal. Contohnya:

  1. Barongsai dan Liong dengan Sentuhan Nusantara: Pertunjukan barongsai (tarian singa) dan liong (naga) kerap diiringi musik tradisional Indonesia seperti kendang atau gamelan.

  2. Kuliner Imlek yang Akulturatif: Kue keranjang disajikan dengan tape ketan, sementara hidangan seperti lumpia Semarang menjadi bukti perpaduan rasa Tionghoa-Jawa.

  3. Tradisi Bersih-Bersih Menjelang Imlek: Mirip dengan budaya “bersih desa” di Jawa, masyarakat Tionghoa membersihkan rumah untuk mengusir energi negatif.

Perayaan Imlek juga menjadi momen solidaritas. Di banyak daerah, etnis Tionghoa membagikan sembako atau mengadakan bakti sosial untuk masyarakat sekitar, mencerminkan nilai gotong royong khas Indonesia.


Makna Imlek bagi Indonesia

Imlek bukan hanya milik etnis Tionghoa, melainkan warisan budaya yang memperkaya Indonesia. Perayaan ini mengajarkan nilai-nilai universal seperti:

  • Keluarga: Silaturahmi dan makan bersama menjadi inti perayaan.

  • Harapan Baru: Tradisi bagi-bagi angpao melambangkan harapan untuk kemakmuran.

  • Kerukunan: Imlek menjadi simbol toleransi, di mana masyarakat dari berbagai latar belakang turut merayakan.


Imlek sebagai Cermin Bhinneka Tunggal Ika

Dari masa kolonial hingga reformasi, Imlek telah melalui perjalanan panjang yang mencerminkan dinamika sosial-politik Indonesia. Kini, sebagai hari libur nasional, Imlek mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah kekuatan bangsa.

Selamat merayakan Imlek bagi yang menjalankan! Semoga tahun baru membawa kedamaian, rezeki berlimpah, dan semangat persatuan untuk Indonesia.

Gong Xi Fa Cai! Xin Nian Kuai Le!

#SejarahImlek #BudayaIndonesia #KeragamanBangsa #Imlek2025

Sumber referensi: Buku “Tionghoa dalam Pusaran Politik” karya Benny G. Setiono, Arsip Nasional Republik Indonesia.

BagikanBagikanPinBagikanBagikanKirim
Sebelumnya

Persiapan Menyambut Tahun 2025 untuk Shio Ular Kayu

Selanjutnya

Prediksi Shio di Tahun Ular Kayu: Apa yang Menanti Anda?

  • Profil
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentun
suarabanyumas.co.id ©2025 

Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan

suarabanyumas.co.id ©2025 

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In