PURWOKERTO– Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang begitu cepat membawa tantangan sekaligus peluang besar bagi dunia jurnalisme dan pendidikan. Hal ini disampaikan Prof. Dr. Suyanto, S.T., M.Sc., akademisi sekaligus Rektor Telkom University, dalam sebuah forum yang membahas Jurnalisme di Era AI.
Menurutnya, AI dapat dimanfaatkan dalam setiap tahapan kerja jurnalistik—mulai dari gathering, assessing, creating, hingga presenting. Pada tahap pengumpulan data (gathering), misalnya, AI mampu melakukan kurasi informasi secara lebih cepat dan akurat. Bahkan, teknologi ini dapat digunakan untuk mendeteksi konten palsu seperti video deepfake.
“Dengan teknologi AI, kita bisa menilai apakah sebuah informasi layak dipercaya atau tidak. Setelah data tervalidasi, barulah kita bisa menciptakan karya jurnalistik yang terpercaya. Saya menyebutnya trustworthy journalism,” kata Prof. Suyanto.

Ia menekankan, AI seharusnya tidak hanya menjadi alat segelintir korporasi besar yang memiliki kapital kuat. Konsep “demokratisasi AI” menurutnya penting dikembangkan, agar teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh semua orang demi kepentingan publik, bukan hanya untuk politik dan ekonomi kelompok tertentu.
“Sebagai akademisi, ada dorongan moral untuk membangun semacam demokratisasi teknologi AI. Kita perlu kerja bersama banyak pihak untuk melakukan mitigasi terhadap dampak negatifnya,” ujarnya.
Indonesia Bisa Kembangkan AI Sendiri
Saat ditanya soal peluang Indonesia memiliki AI buatan sendiri, Prof. Suyanto optimistis hal itu sangat mungkin diwujudkan.
“Sekarang generasi keempat AI ukurannya semakin kecil, biayanya makin murah, dan tidak harus dikembangkan oleh orang dengan kemampuan programming tingkat tinggi. Yang penting ada konsep jelas dan algoritma yang berguna bagi banyak orang,” jelasnya.
Sebagai contoh, ia menyebut pembangunan pusat riset di Jena, Jerman, yang hanya membutuhkan dana ratusan miliar rupiah, jauh lebih rendah dibandingkan investasi triliunan rupiah yang sering dibayangkan.
Telkom University Siapkan Kurikulum AI
Lebih jauh, Prof. Suyanto juga mengungkapkan bahwa Telkom University (Tel-U) telah menyiapkan langkah strategis untuk mendemokratisasi AI melalui pendidikan. Mulai 15 September mendatang, mahasiswa baru tingkat pertama akan dibekali kurikulum berbasis creative thinking dan critical thinking.
“Mahasiswa tahun pertama akan mendapat tiga keterampilan dasar—reading, writing, dan storytelling. Di samping itu ada literasi AI, literasi numerasi, hingga literasi manusia. Tujuannya agar di tahun kedua mereka siap menggunakan teknologi AI dengan benar dan bertanggung jawab,” paparnya.
Dengan bekal tersebut, diharapkan lulusan Tel-U tidak hanya menjadi pengguna, melainkan juga mampu berkolaborasi dengan AI secara sehat dan produktif. “Bukan penyalahgunaan, tapi kolaborasi yang benar,” tegasnya.