Berita Terbaru Seputar Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Berita Terbaru Purwokerto dan Banyumas Raya
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan
Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
Berita Terbaru Purwokerto dan Banyumas Sekitarnya

Pengrajin Eblek Ajibarang Jaga Kelestarian Kesenian Ebeg Banyumasan

Penulis Tim Redaksi
Minggu, 13 Oktober 2024
Topik Banyumas
A A

Banyumas, Kesenian ebeg, salah satu tarian tradisional khas Banyumas, telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2021, bersamaan dengan pengakuan terhadap tempe mendoan. Kesenian ini menggunakan alat peraga berupa eblek, yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk menyerupai kuda. Seiring pengakuan tersebut, kelestarian ebeg pun semakin diperhatikan, termasuk melalui para pengrajin eblek yang tetap eksis menjaga tradisi.

Nisam, seorang pengrajin eblek berusia 71 tahun dari RT 03 RW 02, Grumbul Cemplang, Desa Pancurendang, Ajibarang, menjadi salah satu sosok yang berperan penting dalam menjaga warisan budaya ini. Ia telah menekuni kerajinan eblek sejak tahun 1986 dan hingga kini masih aktif memproduksi alat kesenian tersebut.

“Sejak tahun 1986 saya mulai bikin kerajinan eblek,” tutur Nisam saat ditemui pada Minggu, 13 Oktober 2024. Untuk membuat satu eblek ukuran 140 cm, ia memerlukan waktu sekitar tiga hari. Bahan baku yang digunakan adalah bambu tali, yang dipotong, diserut, lalu dianyam menjadi bentuk kuda. “Setelah dianyam, eblek di-bliker, dicat, lalu dikasih suri di bagian kepala,” jelasnya.

BacaJuga

PMR Wira SMA Islam Andalusia Kebasen Jalani Penilaian PMR Teladan

Bedah Buku “Jum’at Call: Gus Mus Menyapa Umat” Hidupkan Spirit Dakwah Humanis di Ajibarang

Nisam juga menjelaskan bahwa ukuran eblek bervariasi, mulai dari yang diperuntukkan bagi anak-anak hingga orang dewasa. Eblek berukuran 70 cm dihargai Rp 150 ribu, sedangkan ukuran 140 cm untuk dewasa dijual seharga Rp 300 ribu.

Dalam menjaga kelestarian tradisi ini, Nisam sering dibantu oleh tetangganya, Pak Rustam, dan kadang oleh cucunya yang juga seorang pelukis. “Kadang sama Pak Rustam, kalau ada waktu saya, cucu juga nyempetin,” ungkapnya. Pesanan *eblek* pun datang dari berbagai grup kesenian, termasuk dari Desa Jipang dan Purwokerto. Hingga saat ini, ia telah menerima pesanan hingga 15 buah.

Dengan keahlian dan dedikasinya, Nisam turut serta menjaga agar kesenian *ebeg* Banyumasan tetap lestari di tengah perubahan zaman. “Alhamdulillah, masih ada yang pesan,” pungkasnya dengan penuh syukur. *

BagikanBagikanPinBagikanBagikanKirim
Sebelumnya

Dwi Kurnia Pravitasari Asal Banyumas Sumbang 4 Emas Untuk Jateng Di Ajang Peparnas

Selanjutnya

Temui Konstituen di Cilacap, Yanuar Arif Tegaskan Siap Menjadi Jembatan Aspirasi

Sorotan

Longsor Sirampog Rusak 100 Rumah: Ahli Geologi Ungkap Risiko Tinggi dan Rekomendasikan Relokasi

Legenda Baturraden

Dari Kutaliman ke Baturraden: Kisah Cinta yang Mengguncang Zaman

Tren Slow Living & Sleep Tourism

Gaya Hidup untuk Mengistirahatkan Tubuh dan Jiwa

Populer Minggu ini

1.180 Honorer R4 Banyumas Desak Pemkab Segera Ajukan Usulan Menjadi P3K

Jalan Sehat Meriahkan HUT ke-80 RI di Desa Sudagaran, Roti 17 Meter Jadi Ikon Acara

Kampelmas: Inovasi UIN Saizu Purwokerto Mengubah Wajah KKN Indonesia

Pilihan Pembaca

Purwokerto Ke Jogja Berapa Jam

Purwokerto Ke Jogja Berapa Jam? Ini Jawabannya!

Apakah Banyumas termasuk Purwokerto

Apa Bedanya Purwokerto dan Banyumas? Ini Penjelasannya!

Sambut Harlah Ke-91, Ansor Banyumas Marathon Ziarah dan Sowan Masyayikh

  • Profil
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentun
suarabanyumas.co.id ©2025 

Tidak ditemukan hasil
Lihat semua salu
  • Terbaru
  • Banyumasiana
  • Pilihan

suarabanyumas.co.id ©2025 

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In