CILACAP — Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menghadiri Haul Almaghfurlah KH. Abdullah Sayuti sekaligus Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) Pojok Baca Nahdliyyin yang digelar di Desa Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (3/8). Acara ini menjadi ajang silaturahmi nasional sekaligus perayaan budaya literasi berbasis komunitas pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Said Asrori, serta ratusan peserta dari berbagai penjuru Indonesia, mulai dari Lombok, Bali, NTT, hingga Lampung. Kehadiran mereka menandakan dukungan nasional terhadap gerakan literasi pesantren yang semakin mengakar.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar mengapresiasi gerakan Pojok Baca Nahdliyyin yang dinilainya mampu mempererat ukhuwah dan memberikan kontribusi nyata dalam upaya mencerdaskan bangsa.

“Saya sangat terkesan dengan kunjungan hari ini. Kebersamaan kita luar biasa. Pojok Baca Nahdliyyin ternyata tersebar di berbagai daerah, dan ini adalah kekuatan besar. Pencerdasan bangsa melalui literasi sangat luar biasa. Kita berharap kader-kader terbaik bangsa akan lahir dari pondok pesantren,” ujar Menag.
Literasi sebagai Perlawanan terhadap Disinformasi
Ketua Pojok Baca Nahdliyyin Kabupaten Cilacap, KH. Aryo Subroto, menegaskan bahwa gerakan ini lahir dari keprihatinan terhadap arus informasi yang deras namun kerap minim verifikasi.
“Pojok Baca ini adalah sekelompok jamaah yang ingin membudayakan literasi dan meningkatkan budaya baca di kalangan Nahdliyyin. Agar kita tidak terombang-ambing oleh informasi yang luas tapi tidak tersaring,” jelasnya.
Menurut KH. Aryo, gerakan ini terintegrasi dengan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PCNU Cilacap yang fokus pada penulisan, penerbitan, dan penyiaran informasi keislaman. Kolaborasi ini memperkuat posisi Pojok Baca Nahdliyyin dalam struktur NU dan menjadi instrumen strategis dalam menghadapi tantangan digitalisasi informasi.
Acara haul sekaligus Kopdarnas ini tidak hanya menjadi ruang refleksi spiritual atas perjuangan KH. Abdullah Sayuti, tetapi juga menjadi wadah konsolidasi nasional kader literasi pesantren. Tradisi membaca, menulis, dan berdiskusi yang telah lama hidup dalam pesantren kini mendapatkan bentuk baru yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Melalui pertemuan ini, nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan budaya literasi kembali diteguhkan dalam bingkai tradisi khas Nahdliyyin—sebuah kontribusi nyata pesantren untuk masa depan Indonesia yang lebih cerdas, santun, dan berdaya.