Tinjauan Daerah Bencana Tanah Bergerak di Desa Penusupan, Rataamba Kecamatan Pejawaran Banjarnegara. Daerah Banjir di Desa Sikumpul, Desa Sidakangen, Desa Karanganyar, Desa Si rukun, Desa Bedana Kecamatan Kalibening. Daerah Longsor di Desa Sembawa Kecamatan Kalibening, bersama Edy Wahono Wakil Ketua Divisi Pencegahan Daya rusak Air, Tim TKPSDA Dirjen Sumber daya Air Kementrian PUPR, Idrus Amanulloh Kabid Perumahan (DPAPLH) Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Banjarnegara, Camat Pejawaran Banjarnegara Setiadi, dan Kades Penusupan Budi. Tujuan peninjauan dilakukan untuk melaporkan kepada Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO) Yogyakarta.
BANJARNEGARA – Kondisi darurat tanah longsor di sejumlah wilayah lereng di Kabupaten Banjarnegara semakin memprihatinkan. Sedikitnya 16 rumah warga sudah direlokasi, sementara puluhan lainnya berada di zona kritis yang terancam longsor susulan. Musim hujan yang segera datang dikhawatirkan akan memperparah situasi.
Amanullah, ST, Kepala Bidang Perumahan Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten Banjarnegara, mengungkapkan bahwa sejumlah fasilitas vital juga berada di jalur ancaman. “Tidak hanya permukiman yang terancam, tapi juga pasar kecamatan, akses jalan kabupaten, gedung sekolah, hingga Puskesmas. Semua itu bagian dari akses ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan masyarakat,” jelasnya saat meninjau lokasi, Selasa (29/7/2025).
Menurut Amanullah, lokasi-lokasi yang paling rentan berada di sepanjang lereng luar tikungan sungai. “Stadion sungainya itu mudah tergerus ketika debit air tinggi di musim hujan. Tikungan luar itu jadi titik kritis karena tanah terus bergerak,” ujarnya.
Beberapa titik yang diamati, seperti di daerah Meurawu dan Bojong, mengalami pergerakan tanah aktif. Di lokasi Kali Ireng, sekitar 16 rumah sudah dipindahkan karena ancaman yang nyata. Bahkan gedung SD setempat mulai menunjukkan tanda-tanda pergeseran tanah dan dikhawatirkan akan terdampak jika tak segera ditangani.
“Kondisi jalan juga sudah terputus sebagian. Lereng yang berada di belakang sekolah dan rumah-rumah itu butuh penguatan agar tidak terus bergerak. Kalau tidak segera ditangani, jalur kabupaten bisa hilang dalam waktu dekat,” tegas Amanullah.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara pun tengah menjajaki kolaborasi lintas instansi, termasuk dengan Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan pemerintah pusat. “Kami sudah berdiskusi dengan Eddy Wahono Wakil Ketua Divisi Pencegahan Daya Rusak Air Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Bogowonto TKPSDA SB.. Kami harap ini jadi perhatian bersama agar penanganan teknis seperti penguatan lereng bisa segera dilakukan,” katanya.
Amanullah menekankan, keselamatan warga menjadi prioritas utama. Ia mengusulkan percepatan intervensi dalam bentuk penguatan struktur lereng, drainase pengaman, hingga relokasi jika dibutuhkan.
“Kalau dibiarkan sampai musim hujan datang, kerusakannya bisa meluas ke puluhan rumah lagi, fasilitas umum, bahkan putus totalnya akses utama kabupaten,” tutupnya.
Fenomena pergeseran tanah, menurut Eddy Wahono Wakil Ketua Divisi Pencegahan Daya Rusak Air Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Serayu Bogowonto TKPSDA SB makin nyata terlihat di kawasan seperti Ratamba, di mana infrastruktur seperti jalan pun nyaris terputus. “Saat musim kemarau tanahnya retak-retak. Retakannya itu tiap satu meter dengan kedalaman hampir 1,5 meter. Dan saat musim hujan, retakan itu akan terisi air, lalu tanah akan bergerak,” katanya.
Menurutnya, ini merupakan pertanda bencana ekologis. Edy menyarankan agar langkah konservatif dilakukan segera, terutama dengan memperkuat lereng dan titik-titik rawan longsor menggunakan bronjong. Namun ia menekankan, ini hanya solusi sementara.
“Bronjong bukan solusi akhir. Kita harus meningkatkan sistem konservasi yang baik. Harus kita sadari, kita sudah terlalu banyak kehilangan mata air. Sepuluh sampai dua puluh tahun lagi, mata air kita pasti lebih berkurang. Yang ada tinggal linangan air mata,” ujar Edy penuh makna.
Ia menyerukan perlunya gerakan terpadu untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan hulu, demi menyelamatkan masa depan sumber daya air dan mencegah kerusakan yang lebih parah.