PURBALINGGA – Upaya pelestarian lingkungan di lereng Gunung Slamet kembali digelorakan. Program penghijauan dan konservasi lahan diluncurkan di wilayah Karangjengkol dan Desa Karangreja, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, Kamis (17/7/2025). Program ini tidak hanya menyasar kawasan milik TNI seluas 50 hektare, namun juga menjangkau lahan milik masyarakat serta pondok pesantren yang ada di sekitarnya.
Kegiatan tersebut diprakarsai oleh Koramil 04 Kutasari dan dihadiri oleh Pengamat lingkungan yang juga sebagai anggota Tim koordinasi Pengelolaan Sumber Daya air wilayah sungai Serayu Bogowonto / TKPSDA SB Eddy Wahono, Ketua Peradi SAI Djoko Susanto SH, serta Danramil 04 Kutasari Kapten Inf Kadi Suryanto. Ketiganya melakukan silaturahmi sekaligus rapat koordinasi yang digelar di Balai Desa Karangreja dan disambut langsung oleh Kepala Desa Nu’man Hani.
Tanam Pohon, Tebar Ikan, Bangun Masa Depan
Dalam program ini, berbagai jenis tanaman produktif dan konservatif akan ditanam, seperti pohon balsa, kopi, kayu putih, jengkol, kluwek, serta tabebuya berwarna pink yang dikenal sebagai tanaman hias peneduh. Bahkan, Danramil Kutasari merencanakan penanaman kelapa hibrida sebagai bagian dari penguatan ketahanan pangan desa.
Tak hanya di darat, upaya pelestarian juga menyentuh aspek ekosistem air. Konservasi sungai dilakukan dengan penebaran benih ikan di aliran sungai sekitar lereng Slamet, sebagai bagian dari pemulihan ekologi dan peningkatan sumber pangan alami warga.

“Program ini bukan sekadar menanam pohon, tapi membangun pola hidup baru yang lebih peduli lingkungan. Jika sungai kotor, itu cerminan mental masyarakat. Bersama TNI dan warga, kita ubah itu menjadi gerakan kolektif menuju keberlanjutan,” ujar Eddy Wahono.
Ia juga menekankan pentingnya keterpaduan lintas sektor. “Program ini harus selaras dengan arah pembangunan nasional: ketahanan pangan, hilirisasi hasil pertanian, dan pelestarian lingkungan,” tambahnya.
Respons Positif dari Warga dan Pemerintah Desa
Kepala Desa Karangreja Nu’man Hani menyambut antusias inisiatif dari TNI. Ia mengungkapkan telah mengumpulkan seluruh kepala dusun (Kadus) untuk membahas program ini secara menyeluruh.
“Kami berharap tidak hanya satu kadus, tetapi semua wilayah desa bisa terlibat. Kami butuh sekitar 700 hingga 1.500 pohon untuk mencakup seluruh area yang direncanakan,” katanya.
Melalui komunikasi yang dijalin oleh Babinsa Taufik, kolaborasi antara pemerintah desa dan Koramil terus diperkuat. “Kami siap mendukung secara penuh karena manfaatnya akan sangat besar bagi desa ini, baik dari sisi lingkungan, pangan, maupun ekonomi,” imbuh Nu’man.
Industri Skala Desa dari Kayu Putih
Salah satu inovasi menarik dalam program ini adalah pemanfaatan kayu putih yang ditanam untuk dikembangkan menjadi industri skala desa. Menurut Eddy Wahono, hal ini bisa menjadi langkah awal pembangunan ekonomi lokal berbasis sumber daya alam yang lestari.
“Penanaman kayu putih tidak hanya hijaukan lahan, tapi juga membuka potensi pengolahan minyak atsiri di tingkat desa. Ini bisa jadi unit usaha baru yang mendongkrak pendapatan warga,” jelasnya.
Program konservasi ini juga menggandeng berbagai unsur, mulai dari masyarakat, TNI, pemerintah desa, hingga kementerian terkait, sebagai bukti bahwa pelestarian lingkungan bukan tugas satu pihak saja, melainkan tanggung jawab bersama.
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap masa depan lingkungan, lereng Slamet di wilayah Kutasari bukan hanya akan menghijau kembali, tetapi juga menjadi contoh keberhasilan pembangunan berbasis konservasi dan partisipasi warga.