CILONGOK – Di balik semangat pendirian Koperasi Merah Putih (KMP) sebagai motor penggerak ekonomi desa, muncul kekhawatiran soal kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan pendampingan yang minim. Danan Setianto, anggota DPRD Kabupaten Banyumas yang juga Direktur KUD Cilongok, mengingatkan agar pemerintah daerah tak hanya berhenti pada peluncuran, tetapi juga serius menjamin keberlanjutan koperasi-koperasi baru ini.
“Yang saya khawatirkan, koperasi ini malah jadi beban baru bagi desa kalau tidak ada pendampingan yang cukup. Banyak pengurus belum punya pengalaman, administrasi bisa amburadul, dan akhirnya kepercayaan masyarakat hilang,” ujarnya di sela kunjungannya ke wilayah Kecamatan Cilongok, Senin (16/6/2025).
Koperasi Merah Putih sendiri merupakan program nasional berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025, yang menargetkan terbentuknya koperasi di seluruh desa sebagai bagian dari strategi ketahanan ekonomi rakyat. Namun, menurut Danan, semangat bagus itu bisa kontraproduktif bila dilepas tanpa bimbingan teknis yang memadai.
“Jangan hanya karena program pusat, lalu semua desa buru-buru bikin koperasi. Padahal manajemennya belum siap, SDM-nya belum paham, dan belum ada sistem kontrol. Ini yang berbahaya,” tegas politisi dari PKB itu.
Ia memberi contoh konkret, yakni kesalahpahaman umum yang terjadi soal dana bantuan modal yang digulirkan ke KMP. Banyak yang mengira bantuan itu bersifat hibah, padahal kenyataannya adalah pinjaman yang harus dikembalikan. Kesalahan persepsi semacam ini, lanjut Danan, bisa berdampak fatal jika tidak diluruskan sejak awal.
Sebagai legislator, ia berkomitmen untuk mendorong Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UKM Kabupaten Banyumas agar memperkuat peran pendamping koperasi, baik secara jumlah maupun kualitas. Menurutnya, bertambahnya jumlah koperasi harus diimbangi dengan pengawasan dan pelatihan berkelanjutan.
“Kalau semangat rakyat untuk mandiri malah dimatikan karena program ini gagal, itu tanggung jawab kita bersama. Jangan sampai KMP hanya jadi proyek musiman yang tinggal nama,” tambahnya.
Danan berharap, koperasi yang lahir dari semangat kebersamaan dan gotong-royong ini benar-benar bisa menjadi pilar ekonomi desa, bukan sekadar formalitas program pemerintah pusat. Ia juga mengingatkan, keberhasilan koperasi tidak hanya dilihat dari jumlah yang didirikan, tapi dari seberapa kuat mereka bisa bertahan dan menyejahterakan anggotanya dalam jangka panjang.