AJIBARANG – Lakpesdam MWC NU Ajibarang memulai seri Kajian Afkar perdananya dengan membedah buku Jum’at Call: Gus Mus Menyapa Umat karya Rujito M.Sos., atau yang akrab disapa Djito el Fateh. Acara digelar di Padepokan Lingsir Wengi, Ajibarang Kulon, Sabtu (9/8) malam, dihadiri puluhan peserta yang larut dalam suasana hangat dan interaktif.
Buku yang terbit pada 2024 itu lahir dari penelitian Djito atas pesan-pesan mingguan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) di media sosial. Judul Jum’at Call sendiri, kata Djito, diberikan langsung oleh Gus Mus, yang masih aktif mengelola akun pribadinya.
“Kalau bukan beliau yang menamakan, mungkin tidak akan memiliki daya magis seperti ini,” ujar Djito, menegaskan otentisitas sentuhan sang kiai.
Djito menuturkan, meski telah sepuh, Gus Mus tetap konsisten berdakwah dengan santun, menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan kelompok, dan menghindari benturan dengan pihak yang berbeda pandangan. Pesan-pesan itu, menurutnya, menjadi bukti bahwa Gus Mus hadir di tengah masyarakat tanpa perlu memegang jabatan politik.
Malam itu, suasana kajian semakin khidmat ketika Shodiq Ma’mun membacakan puisi Gus Mus berjudul Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana yang ditulis pada 1987. Meski tiga dekade lebih berlalu, pesan puisinya dinilai tetap relevan dengan kondisi hari ini.
Ketua Lakpesdam MWC NU Ajibarang, Mahbub Fuad Wibowo, menjelaskan bahwa Kajian Afkar merupakan bagian dari rangkaian penerbitan Buletin Dakwah Afkar, yang bulan ini telah memasuki edisi ke-4.
“Buletin ini kami bagikan rutin kepada warga NU saat pengajian Ahad Wage. Kajian Afkar akan kami gelar secara berkala untuk membedah buku, tokoh, atau isu-isu aktual. Kami ingin forum ini menjadi ruang hidup bagi ide dan gagasan generasi muda NU Ajibarang,” katanya.
Gelaran perdana ini menandai langkah awal Lakpesdam MWC NU Ajibarang membangun ruang dialog yang inklusif, merawat tradisi intelektual, sekaligus menghidupkan spirit dakwah humanis ala Gus Mus.