Banyumas – suarabanyumas.co.id– Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Purwokerto terus berinovasi dalam upaya pembinaan dan pemberdayaan klien pemasyarakatan. Pada Kamis, 18 September 2025, Bapas Purwokerto menggandeng mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk mengembangkan budidaya maggot sebagai salah satu program pelatihan keterampilan. Kegiatan ini dilaksanakan di Griya Abhipraya, Kelurahan Kota Lama, Banyumas, dengan melibatkan klien Bapas serta warga binaan dari Rumah Tahanan (Rutan) Banyumas.
Turut hadir Kepala Bapas Purwokerto, Bluri Wijaksono, beserta jajaran pegawai. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata sinergi antara lembaga pemasyarakatan dan akademisi dalam memberikan keterampilan yang bermanfaat serta berdaya guna. Program ini juga mendukung implementasi 13 Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, khususnya terkait pemberdayaan warga binaan dan klien dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.
Budidaya maggot dipilih karena memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan serta relevan dengan kebutuhan pasar, khususnya di bidang pakan ternak dan pertanian. Dengan pembekalan keterampilan ini, diharapkan para klien dapat memiliki alternatif mata pencaharian setelah menyelesaikan masa bimbingan.
Kepala Bapas Purwokerto, Bluri Wijaksono, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini adalah bentuk komitmen Bapas dalam memberikan pembinaan yang adaptif terhadap kebutuhan zaman.
“Bapas Purwokerto tidak hanya fokus pada aspek pengawasan, tetapi juga berusaha menciptakan peluang yang nyata bagi klien pemasyarakatan. Melalui budidaya maggot, kami ingin membekali klien dengan keterampilan yang dapat diterapkan secara langsung di masyarakat. Harapannya, keterampilan ini mampu membuka lapangan kerja baru dan menjadi bekal kemandirian mereka setelah kembali ke lingkungan sosial,” ujarnya.
Sementara itu, Pembimbing Kemasyarakatan Ahli Madya, Idang Heru, menambahkan bahwa program ini akan terus dikembangkan dan diupayakan berkelanjutan dalam pola pembimbingan klien.
“Budidaya maggot adalah salah satu bentuk pembinaan produktif yang tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga berpotensi meningkatkan ekonomi klien dan keluarganya. Ke depan, kami akan berupaya agar kegiatan ini tidak berhenti pada pelatihan, tetapi dapat berlanjut menjadi usaha riil yang dikelola klien secara mandiri,” terang Idang.
Keterlibatan mahasiswa pertanian Unsoed dalam kegiatan ini juga menjadi nilai tambah, karena mereka membawa pengetahuan akademis serta inovasi yang dapat diterapkan langsung di lapangan. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa pembinaan klien pemasyarakatan tidak bisa berjalan sendiri, melainkan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi dan masyarakat.
Dengan adanya kegiatan budidaya maggot ini, Bapas Purwokerto berharap mampu menghadirkan solusi nyata untuk kemandirian klien. Program ini sekaligus menjadi kontribusi nyata pemasyarakatan dalam membangun manusia yang produktif dan siap kembali ke masyarakat. (DA)