PURWOKERTO — Sebanyak 171 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dari KKM MI Kecamatan Kembaran dan Sumbang mengikuti Pelatihan Kurikulum Berbasis Cinta dan Deep Learning yang berlangsung di Garden Resto, Purwokerto. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat karakter guru madrasah dalam menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada cinta, nilai kemanusiaan, serta kedalaman berpikir.
Pelatihan yang digelar dari pukul 07.30 hingga 15.30 WIB tersebut berjalan penuh disiplin, semangat, dan kebersamaan. Seluruh peserta hadir tepat waktu dan mengikuti sesi demi sesi dengan antusias hingga akhir kegiatan.
Pembukaan Penuh Kekhidmatan, Pesan Fokus dari Kepala Kemenag Banyumas
Acara dibuka dengan pembacaan Surah Al-Fatihah, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Madrasah yang menggema penuh semangat kebangsaan. Doa dipimpin oleh Ngisa, M.Pd.I., Kepala MI Al Falah Karangtengah, Kecamatan Kembaran.
Sambutan pembuka sekaligus pengarahan utama disampaikan oleh H. Ibnu Asaduddin, S.Ag., M.Pd.I., Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas. Ia menegaskan pentingnya peran guru madrasah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dengan tetap fokus pada tugas dan fungsi utama (tusi), tanpa terdistraksi oleh program-program lain seperti Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang bukan menjadi tanggung jawab langsung pendidik.
“Guru madrasah harus tetap fokus mendidik dan membimbing murid agar berkarakter kuat dan cerdas. Jangan sampai energi kita teralihkan ke hal-hal yang bukan ranah utama pendidikan,” tegas H. Ibnu.
Ia juga menambahkan bahwa tidak ada perbedaan antara murid MI dan SD dalam hak memperoleh pendidikan. Melalui program Kartu Banyumas Pintar, seluruh anak di Banyumas, baik di sekolah umum maupun madrasah, berhak atas layanan pendidikan yang sama.
Setelah itu, Slamet Fatoni, S.Pd.I., Wakil Ketua KKM MI Kecamatan Kembaran, turut memberikan sambutan. Ia membagikan pengalaman studi tiru ke MIN Lampung, satu-satunya madrasah penerima Sertifikat Anti Bullying Tingkat Nasional, yang menginspirasi penerapan budaya disiplin, tanggung jawab, dan lingkungan belajar bebas perundungan.
“Kedisiplinan peserta hari ini menjadi bukti nyata bahwa guru madrasah siap berubah dan terus belajar,” ujarnya memberi apresiasi.
Hj. Hidayaturrohmah: Guru yang Mengajar dengan Cinta Menyentuh Hati Murid
Materi pertama dibawakan oleh Hj. Hidayaturrohmah, S.Ag., M.Pd.I., Ketua Pokjawas Kabupaten Banyumas, bertajuk “Kurikulum Berbasis Cinta dan Pola 5-5-5.”
Ia menekankan bahwa pembelajaran yang efektif lahir dari hati yang penuh cinta. Melalui konsep Pola 5-5-5, ia menjelaskan:
1. Lima Tujuan Kurikulum Berbasis Cinta: Humanis, Nasionalis, Naturalis, Toleran, dan Penuh Cinta.
2. Lima Cinta (Panca Cinta): Cinta Allah dan Rasul, Cinta Ilmu, Cinta Diri dan Sesama, Cinta Lingkungan, dan Cinta Tanah Air.
3. Lima Lingkungan Belajar: Aman, Nyaman, Ramah, Menyenangkan, dan Sejahtera.
“Guru yang mengajar dengan cinta akan menanamkan ilmu bukan hanya di pikiran, tetapi juga di hati murid,” ungkap Hj. Hidayaturrohmah penuh makna.
H. Rustanto: Guru Harus Menjadi Pembelajar Sejati
Sesi kedua diisi oleh H. Rustanto, S.Ag., M.M., dengan materi *“Empat Golongan Manusia dalam Belajar.”
Ia menguraikan empat kategori manusia dalam proses belajar:
1. Tahu dan sadar bahwa ia tahu — pembelajar sejati.
2. Tahu tetapi tidak sadar bahwa ia tahu.
3. Tidak tahu tetapi sadar bahwa ia tidak tahu.
4. Tidak tahu dan tidak sadar bahwa ia tidak tahu.
Menurutnya, guru harus berada pada golongan pertama — pembelajar sejati — agar mampu menjadi inspirator bagi murid dan rekan sejawat.
“Guru sejati adalah yang terus belajar dan sadar bahwa ia masih perlu belajar,” tegasnya.
H. Akhmad Thontowi: Guru Madrasah Harus Siap Hadapi Era AI
Materi ketiga disampaikan oleh H. Akhmad Thontowi, M.Pd.I., yang menyoroti pentingnya Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) dalam dunia pendidikan modern.
Ia menegaskan bahwa guru madrasah harus siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 menuju Society 5.0, dengan menguasai literasi digital, kreativitas, dan integritas.
“Teknologi tidak akan menggantikan guru, tetapi guru yang mampu memanfaatkan teknologi akan menggantikan mereka yang enggan belajar,” ujar Thontowi dengan tegas.
Ia menambahkan, guru madrasah harus menjadi pionir dalam mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan.
Tiwan dan Andi Wibowo: Bimbing Guru Susun TP, ATP, dan Perencanaan Pembelajaran
Sesi terakhir menghadirkan Tiwan, S.Pd.I., M.Pd. dan Andi Wibowo, S.Pd.I., yang memandu peserta praktik langsung dalam menyusun LTujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), serta perencanaan pembelajaran berbasis kurikulum merdeka dan cinta.
Kedua pemateri menekankan bahwa penyusunan perencanaan harus mengandung nilai-nilai cinta, empati, serta orientasi pada pengembangan karakter murid.
Guru Madrasah Siap Bergerak Bersama
Pelatihan yang ditutup dengan refleksi dan doa bersama itu meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Melalui kegiatan ini, guru madrasah di Banyumas diharapkan mampu menjadi pelopor pembelajaran yang berbasis cinta, reflektif, dan berorientasi pada deep learning.
“Pelatihan ini bukan sekadar menambah wawasan, tapi menumbuhkan kesadaran baru bahwa mengajar adalah bentuk cinta yang paling tinggi,” tutur salah satu peserta.
Dengan semangat baru yang tumbuh dari hati, para guru MI Kembaran–Sumbang siap melangkah bersama menuju pendidikan madrasah yang lebih humanis, adaptif, dan berkarakter.